INDRAMAYU, Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar (Demiz) meresmikan Asrama Putri Pondok Pesantren (Ponpes) Manba'ul 'Ulum di Desa Krasak, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu, Kamis 6 Juli 2017. Pembangunan ponpes ini sebagian besar dananya berasal dari para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berasal Desa Krasak.
Ada 614 orang warga Desa Krasak yang saat ini mengais rezeki di berbagai negara. Sebagian dari pendapatan mereka disumbangkan untuk pembangunan ponpes yang dipimpin oleh KH. Abdul Hamid ini. Sementara ada 376 santri yang tengah menimba ilmu di ponpes tersebut.
Menurut Wagub Demiz, pondok pesantren merupakan solusi bagi permasalahan sosial masyarakat. Untuk itu, dia berharap pesantren bisa menciptakan generasi atau Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul tak hanya ilmu pengetahuan, namun juga akhlaknya.
“Kita melihat dalam sejarah peradaban pesantren di Indonesia ini khususnya, bahwa pesantren kehadirannya di tengah masyarakat adalah menciptakan solusi bagi persoalan-persoalan masyarakat yang ada di sekitarnya,” ujar Demiz dalam sambutannya.
“Ini sangat penting, karena tadi bagaimana para anak-anak TKI bisa belajar di pondok pesantren ini,” lanjutnya.
Demiz pun mengapresiasi aparat desa serta pimpinan. Hal tersebut merupakan salah satu contoh peran serta masyarakat yang juga mesti dibantu oleh Pemerintah. Untuk itu, Demiz mewakili Pemprov Jawa Barat memberikan bantuan Rp 25 juta kepada Ponpes Manba'ul 'Ulum dan berencana akan memberikan bantuan pembangunan Kobong tahun depan.
“Dalam hal ini pemerintah juga mesti memberikan bantuan. Insya Allah tahun depan kita tambah Kobong lagi. Dibuat saja proposalnya supaya bisa berkembang. Karena memang kita memerlukan sarana pendidikan berbasis pesantren,” ungkap Demiz usai acara peresmian.
“Nilai agama begitu penting dalam kehidupan kita, maka pesantren menjadi sangat strategis untuk menghambat nilai-nilai negatif yang sekarang tumbuh dan berkembang yang tidak bisa kita tolak lagi kehadirannya yang merupakan informasi yang sangat global sekarang ini,” tambahnya.
Pada kesempatan ini, Demiz juga mengatakan Pemprov Jawa Barat terus secara serius memperhatikan para TKI asal Jawa Barat di luar negeri. Jawa Barat menjadi provinsi terbesar pengirim TKI. Ada delapan kabupaten menjadi pemasok TKI terbesar di Jabar.
Pengelolaan TKI
Untuk melindungi para TKI, Pemprov Jawa Barat mempunyai berbagai kebijakan seperti pembentukan kantor-kantor pelayanan TKI yang menyatu dengan kantor imigrasi. Hal ini untuk memudahkan pelayanan kepada para TKI. Demiz juga mencontohkan salah satu desa di Kabupaten Indramayu yang maju karena pengelolaan TKI yang baik.
“Di Indramayu--sebagai salah satu kabupaten pengirim TKI terbesar di Jawa Barat ada Desa Majasari. Desa ini menjadi desa terbaik di Indonesia karena pengelolaan TKI yang sangat bagus. Begitu pula terhadap anak-anaknya yang ditinggal, sehingga mereka tidak merasa kehilangan. Desa ini bisa jadi contoh,” tutur Demiz.
Desa Majasari menjadi desa terbaik secara nasional karena manajemen pengelolaan TKI-nya yang baik. Selain pengelolaan TKI yang masih aktif bekerja, desa ini juga memiliki program bagi para purna atau mantan TKI agar menjadi pengusaha yang berhasil setalah kembali ke kampung halaman.
“Pelayanan kepada mereka calon TKI harus lebih mudah, jangan sampai dimainkan oleh banyak calo. Makanya kantor-kantor tadi (kantor pelayanan TKI yang menyatu dengan kantor imigrasi) tidak terpusat di Bandung tapi di beberapa kabupaten yang memang penyumbang terbesar untuk Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri,”
Ada 614 orang warga Desa Krasak yang saat ini mengais rezeki di berbagai negara. Sebagian dari pendapatan mereka disumbangkan untuk pembangunan ponpes yang dipimpin oleh KH. Abdul Hamid ini. Sementara ada 376 santri yang tengah menimba ilmu di ponpes tersebut.
Menurut Wagub Demiz, pondok pesantren merupakan solusi bagi permasalahan sosial masyarakat. Untuk itu, dia berharap pesantren bisa menciptakan generasi atau Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul tak hanya ilmu pengetahuan, namun juga akhlaknya.
“Kita melihat dalam sejarah peradaban pesantren di Indonesia ini khususnya, bahwa pesantren kehadirannya di tengah masyarakat adalah menciptakan solusi bagi persoalan-persoalan masyarakat yang ada di sekitarnya,” ujar Demiz dalam sambutannya.
“Ini sangat penting, karena tadi bagaimana para anak-anak TKI bisa belajar di pondok pesantren ini,” lanjutnya.
Demiz pun mengapresiasi aparat desa serta pimpinan. Hal tersebut merupakan salah satu contoh peran serta masyarakat yang juga mesti dibantu oleh Pemerintah. Untuk itu, Demiz mewakili Pemprov Jawa Barat memberikan bantuan Rp 25 juta kepada Ponpes Manba'ul 'Ulum dan berencana akan memberikan bantuan pembangunan Kobong tahun depan.
“Dalam hal ini pemerintah juga mesti memberikan bantuan. Insya Allah tahun depan kita tambah Kobong lagi. Dibuat saja proposalnya supaya bisa berkembang. Karena memang kita memerlukan sarana pendidikan berbasis pesantren,” ungkap Demiz usai acara peresmian.
“Nilai agama begitu penting dalam kehidupan kita, maka pesantren menjadi sangat strategis untuk menghambat nilai-nilai negatif yang sekarang tumbuh dan berkembang yang tidak bisa kita tolak lagi kehadirannya yang merupakan informasi yang sangat global sekarang ini,” tambahnya.
Pada kesempatan ini, Demiz juga mengatakan Pemprov Jawa Barat terus secara serius memperhatikan para TKI asal Jawa Barat di luar negeri. Jawa Barat menjadi provinsi terbesar pengirim TKI. Ada delapan kabupaten menjadi pemasok TKI terbesar di Jabar.
Pengelolaan TKI
Untuk melindungi para TKI, Pemprov Jawa Barat mempunyai berbagai kebijakan seperti pembentukan kantor-kantor pelayanan TKI yang menyatu dengan kantor imigrasi. Hal ini untuk memudahkan pelayanan kepada para TKI. Demiz juga mencontohkan salah satu desa di Kabupaten Indramayu yang maju karena pengelolaan TKI yang baik.
“Di Indramayu--sebagai salah satu kabupaten pengirim TKI terbesar di Jawa Barat ada Desa Majasari. Desa ini menjadi desa terbaik di Indonesia karena pengelolaan TKI yang sangat bagus. Begitu pula terhadap anak-anaknya yang ditinggal, sehingga mereka tidak merasa kehilangan. Desa ini bisa jadi contoh,” tutur Demiz.
Desa Majasari menjadi desa terbaik secara nasional karena manajemen pengelolaan TKI-nya yang baik. Selain pengelolaan TKI yang masih aktif bekerja, desa ini juga memiliki program bagi para purna atau mantan TKI agar menjadi pengusaha yang berhasil setalah kembali ke kampung halaman.
“Pelayanan kepada mereka calon TKI harus lebih mudah, jangan sampai dimainkan oleh banyak calo. Makanya kantor-kantor tadi (kantor pelayanan TKI yang menyatu dengan kantor imigrasi) tidak terpusat di Bandung tapi di beberapa kabupaten yang memang penyumbang terbesar untuk Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri,”